Masalah akhlak, mensucikan hawa nafsu dan menghiasi diri dengan akhlak mulia memiliki peran sangat penting dalam seluruh agama tauhid, terutama Islam yang menyebutkan bahwa tujuan diutusnya para nabi dan turunnya al-Qur’anul Karim adalah mendidik ummat dan menghiasi mereka dengan akhlak yang mulia. Dalam al-Qur’an, Allah swt bersabda: Dialah Tuhan yang telah mengutus seorang nabi dari ummat yang ummmi agar ia membacakan ayat-ayat kepada mereka dan mensucikan serta mendidik akhlak mereka.[1]
Imam Khomeini ra berkata: Para nabi diutus untuk mendidik manusia, menciptakan insan sejati, menjauhkan manusia dari kejelekan, kekotoran, kefasikan dan akhlak yang buruk serta menghiasi mereka dengan akhlak dan adab yang baik. [2] بعثت لاتمم مکارم الاخلاق Hal ini sangat diperhatikan oleh Allah sehingga Allah mengutus para nabi…” [3]
Mengenai pentingnya akhlak mulia, cukuplah jika disebutkan bahwa al-Qur’anul Karim telah menjadikannya sebagai standar nilai manusia sebagaimana al-Qur’an telah memuji para nabi karena mereka memilki akhlak mulia. Sebagai contoh, Nabi Ibrahim as telah dipuji karena memiliki 3 sifat yang baik:
ان ابراهیم لحلیم اواه منیب[4]
Sesungguhnya Ibrahim adalah hamba yang sabar, sangat penyayang dan termasuk orang-orang yang kembali kepada-Nya.
Dan tentang Rasulullah saww, al-Qur’an bersabda:
و انک لعلی خلق عظیم [5]
Dan sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang mulia.
Dan perhiasan Nabi berupa akhlak ilahi inilah yang merupakan kunci kesuksesan Rasulullah saww dalam menyebarkan Islam: Dan karena rahmat Ilahilah sehingga kamu dapat bersikap lemah lembut kepada manusia dan jika kamu kasar dan berakhlak buruk maka mereka akan berpencar dari sekelilingmu. [6]
Dalam al-Qur’anul Karim, perhatian akan hal ini tidak dicukupkan hanya sedemikian saja tetapi Allah selalu memerintahkan dan mendorong manusia untuk meraih akhlak mulia melalui ibadah. Dalam al-Qur’an, dorongan untuk meraih akhlak mulia telah disebutkan secara umum dalam ayat al-Qur’an. Sebagai contoh:
فاستبقوا الخیرات [7]
Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan.
Dan dalam ayat:
و سارعوا الی مغفره من ربکم و جنه [8]
Bersegeralah menuju ampunan Allah dan surga yang tinggi yang baru akan tercapai ketika diri telah dihiasi dengan keutamaan.
Tujuan Penciptaan Manusia danPeran Akhlak Mulia dalam Mencapai Tujuan Penciptaan
Perhatian al-Qur'anul Karim dalam hal meraih akhlak mulia sangat besar dan ini menunjukkan bahwa akhlak mulia memiliki peran utama dalam nasib manusia. Menurut ajaran-ajaran Tauhid, tujuan penciptaan manusia adalah menyembah Allah dan mencapai maqam khalifatullah serta menempuh tahapan kesempurnaan sehingga manusia terhubung pada kesempurnaan mutlak dan qurb ilallah. Sebagaimana Allah swt berfirman di dalam al-Qur'an:
و ما خلقت الجن و الانسان الا لیعبدون [9]
Aku tidak menciptakan jin dan manusia selain untuk menyembah-Ku.
Dan ingatlaj ketika Allah bersabda kepada para malaikat: Aku akan menjadikan khalifah-Ku di muka bumi. [10]
Tujuan ini hanya akan tercapai dalam naungan pensucian diri dan menghiasi diri dengan akhlak mulia; sebab sejak manusia dilahirkan pada dasarnya ia adalah hewan (bil fil) dan memiliki potensi untuk menjadi insan sejati (bil quwwah). Hanya dengan pemupukan nilai-nilai tinggi kemanusiaanlah yang dapat membawa manusia melewati alam hewani dan merealisasikan kemanusiaan yang ada dalam dirinya sehingga ia mampu mencapai kesempurnaan akhirnya.Jika tidak, mungkin saja manusia akan turun dalam maqam yang disebutkan oleh al-Qur'an lebih rendah dari hewan.
اولئک کالانعام بل هم اضل [11]
Oleh karena itu, semakin manusia memperkuat akhlak mulia dalam dirinya maka ia akan naik satu tingkat lebih tinggi dari alam hewani dan ia akan semakin dekat dengan kesempurnaaan hakikinya yaitu qurb ilallah. Hal ini telah diisyaratkan dalam ucapan mulia Rasulullah saww: Allah swt telah menjadikan akhlak mulia melalui hubungan antara Dia dan hamba-Nya. Hanya dengan meraih sebuah akhlak mulia, maka kalian akan terhubung dengan Allah. [12]
Itulah sebabnya mengapa Rasulullah saww bisa sampai pada kesempurnan insani dan meraih kedudukan sebagai khalifah Allah. Dalam al-Qur’an, beliau telah dipuji demikian:
و انک لعلی خلق عظیم [13]
Al-Qur’an menilai bahwa Rasulullah layak memiliki kedudukan tersebut karena beliau memiliki akhlak yang mulia dalam level yang paling tinggi.
Pengaruh Akhlak Mulia
Sistem penciptaan berlandaskan pada hukum sebab akibat dan di alam semesta ini, segala sesuatu akan memberikan pengaruhnya pada yang lain. Semua amal manusia, yang baik atau buruk, memiliki peran tersendiri dalam kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akhirat manusia. Akhlak mulia juga tidak terlepas dari hukum sebab akibat ini dan ia memiliki pengaruh positif dalam kehidupan dunia dan akhirat manusia. Dalam tulisan ini, kami akan mengisyaratkan beberapa pengaruh tersebut dengan menggunakan ayat-ayat dan riwayat. Tapi sebelum masuk ke dalam pembahasan, ada satu hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa maksud dari akhlak mulia di sini adalah semua segala sesuatu yang memiliki peran dalam menyampaikan manusia pada kesempurnaan hakiki dan qurb ilallah. Oleh karena itu, akhlak mulia terdiri dari ibadah baik ibadah wajib atau sunnah. Dalam makalah ini hanya akan disebutkan sebagian pengaruh dari akhlak mulia yang berhubungan dengan ibadah secara umum atau sebagian ibadah. Dalam beberapa masalah juga hanya dipilih pengaruh dari beberapa akhlak sedang penjelasan terperinci dan independen dari masing-masing akhlak mulia harus dibahas pada tempatnya sendiri karena tidak mungkin untuk membahas semuanya dalam makalah ini.
1. Pengaruh materi.
a. Berkah dari langit dan bumi.
لو ان اهل القری آمنوا و اتقوا لفتحنا علیهم برکات من السماء و الارض [14]
Dan karena penduduk kota dan desa telah beriman dan bertakwa maka Kami membuka pintu-pintu berkah dari langit dan bumi. Iman dan takwa adalah keutamaan terbesar yang dengan iman dan takwalah maka seseorang dapat memiliki berbagai akhlak yang mulia.
b. Memiliki kehidupan yang baik (thayyibah) dan kehidupan yang penuh dengan kesucian dan ketenangan.
Siapa saja yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki atau perempuan, sedang mereka itu beriman maka Kami akan menghidupkannya dalam kehidupan yang suci. [15]
c. Kesehatan jasmani dan rohani.
Sebagian akhlak mulia memiliki pengaruh langsung dengan keselamatan jasmani dan rohani manusia. [16] الا بذکر الله تطمئن القلوب Dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenang. [17] صوموا تصحواRasulullah saww bersabda: Berpuasalah agar kalian menjadi sehat. Dan Imam Sajjad as bersabda: Laksanakanlah haji dan umrah agar badan kalian sehat. [18]
d. Limpahan rezeki.
Imam ali as bersabda: [19] فی سعه الاخلاق کنوز الارزاقHarta karun rezeki tersimpan dalam akhlak yang baik dan keramahan.
Dalam kesempatan lain, beliau juga menyatakan bahwa membayar zakat menyebabkan melimpahnya rezeki: [20]
e. Tidak bergantung kepada orang lain.
Manusia yang telah memiliki akhlak mulia tidak akan pernah meminta-minta kepada orang lain—yang juga membutuhkan Allah—untuk memenuhi kebutuhannya. Ia hanya akan menyampaikan kebutuhannya kepada Allah dalam shalat dan doanya. Allah telah menjanjikan kepada para penyembah-Nya yang demikian bahwa Allah akan memenuhi hatinya dengan rasa qana’ah. Imam Shadiq as bersabda: Dalam Taurat telah dituliskan demikian:
یابن آدم تفرغ لعبادتی املا قلبک غنا21 Wahai anak-anak Adam, putuskanlah dirimu dari segala sesuatu untuk menyembah-Ku agar Aku mememuhi hatimu dengan qana’ah.
f. Memuliakan manusia di dunia
Imam Ali as bersabda: Sering sekali manusia yang memiliki kedudukan mulia menjadi hina di mata orang lain karena ia memiliki akhlak yang buruk dan sering sekali manusia yang tidak memiliki kedudukan apa pun tetapi mulia di orang lain karena ia memiliki akhlak yang mulia. [22]
g. Memperbaiki kedudukan sosial dan dicintai oleh orang lain.
Amirul Mukminin as ebrsabda: Sering sekali manusia yang tidak memiliki apa-apa memperoleh maqam yang tinggi disebabkan akhlaknya yang mulia. [23]
Dan dalam hadis yang lain beliau bersabda: Barang siapa memiliki akhlak yang mulia maka semakin banyak orang yang menyukainya. [24]
h. Memakmurkan bumi dan memanjangkan umur.
Imam Shadiq as bersabda: Sungguh, perbuatan baik dan akhlak mulia akan memakmurkan bumi dan memanjangkan umur manusia. [25]
2. Pengaruh ruhani.
a. Memimpin menuju keselamatan dan shirathal mustaqim.
Ketika menjelaskan tentang pengaruh akhlak mulia, Imam Ali as bersabda:
لو کنا لا نرجوا جنه و لا تخشی نارا و لا ثوابا و لا عقابا لکن ینبغی لنا ان نطالب بمکارم الاخلاق فانها مما تدل علی سبیل النجاح [26]
Seandainya kita tidak berharap dengan surga dan pahala akhirat dan kita tidak takut akan api dan azab Jahannam, tetaplah pantas kita berusaha memiliki akhlak mulia; sebab akhlak mulia adalah sesuatu yag dapat memimpin kita kepada keselamatan.
b. Dicintai Allah.
Imam Shadiq as bersabda: Sudah seharusnya kalian menghiasi diri engan akhlak mulia, sebab Allah menyukainya. [27] Dan barag siapa yang memiliki akhlak mulia ini, maka Allah juga akan mencintainya.
c. Menciptakan hubungan dengan Allah dan qurb ilallah.
Rasulullah saww bersabda: Allah swt telah menjadikan akhlak mulia sebagai perantara antara diri-Nya dan hamba-Nya. Jika salah satu dari kalian memiliki dan mengamalkan sebuah akhlak mulia maka ia akan terhubung dengan Allah swt. [28]
d. Mensucikan ruh.
Amirul Mukminin as bersabda: Allah telah mewajibkan iman sehingga manusia suci dari kekotoran syirik dan Allah telah mewajibkan shalat agar manusia suci dari kesombongan. [29]
e. Tameng dalam menghadapi kefasikan dan kemungkaran.
Dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah manusia dari kefasikan dan kemugkaran. [30]
f. Ketenangan ruh dan keyakinan hati.
الا بذکر الله تطمئن القلوب [31]
Sesungguhnya dengan mengingat Allah maka hati menjadi tenang.
3. Pengaruh ukhrawi.
Selain semua pengaruh materi dan ruhani, akhalk yang mulia juga memiliki pengaruh dalam keselamatan ukhrawi sebagaimana telah dijelaskan dalam al-Qur’an dan riwayat.
a. Pahala terbaik di akhirat.
Dalam al-Qur’an, Allah swt bersabda: Barang siapa yang melakukan perbuatan baik…ia akan mendapatkan pahala terbaik di akhirat kelak. [32]
b. Teman di dalam kubur.
Imam Shadiq as bersabda: Ketika seorang mukmin dibaringkan dalam kubur maka 6 sosok dengan wajah bersinar juga turut masuk ke dalam kubur dan mengelilinginya. Salah satu di antara mereka wajahnya sangat bersinar. Sang mukmin bertanya: Siapakah anda? Masing-masing mereka menjawab: Shalat, zakat, haji, umroh dan kebaikan yang kau lakukan kepada mukmin lainnya. Kemudian ia bertanya kepada sosok yang wajahnya paling bersinar: Siapakah kau? Ia menjawab: Wilayah kepada ahlul bait Nabi. [33]
c. Terlindung di mahsyar.
Dalam al-Qur’an, Allah swt bersabda: Barang siapa yang melakukan perbuatan baik maka ia akan melihat balasan yang lebih baik dari itu dan ia akan terlindung dari ketakutan dan kesulitan hari kiamat. [34]
d. Masuk ke dalam surga.
Imam ali as bersabda: Harga surga adalah amal shaleh. [35]
Dengan memperhatikan beberapa pengaruh akhlak mulia ini, maka jelaslah bagi kita bagaimana pentingnya menghiasi diri dengan akhlak mulia.
CATATAN :
1 Surah Jum’ah: 2.
2 Mizanul Hikmah, jilid 3, hal. 149, hadis 5058, Muhammadi Rey Syahri, Daftar Tablighat Islami, cetakan 2, hal. 67.
3 Akhlak 3, salah satu karya dari Imam Khomeini ra, hal. 58, disediakan oleh Markaz Tadwin va Nasr-e Mutun-e Darsi-ye Hauzah, cetakan Danesy Hauzah, cetakan 1, hal. 82.
4 Surah Hud: 75.
5 Surah Qalam: 4.
6 Surah al-Imran: 159.
7 Surah al-Baqarah: 148.
8 Surah al-Imran: 133.
9 Surah az-Zaariyat: 56.
10 Surah al-Baqarah: 30.
11 Surah al-A’raf: 179.
12 Akhlak dar Qur’an, jilid 1, hal. 23, Makarim Syirazi, cetakan 1 thn 77, Madrasah Imam Ali bin Abi Thalib, sesuai kutipan buku Tanbihul Khawatir, hal. 362.
13 Surah al-Qalam: 4.
14 Surah al-A’raf: 96.
15 Surah an-Nahl: 97.
16 Surah ar-Ra’du: 28.
17 Biharul Anwar, jilid 96, hal. 255, Allamah Majlisi, Maktab Islamiah, cetakan 2, 1364, Tehran.
18 Mizanul Hikmah, jilid 2, hal. 266, hadis 3273.
19 Tasniful Gururul Hikam, hal. 255, hadis 5383, Abdul Wahid Amidi, Daftar Tablighat, cetakan 1, tanpa tahun.
20 Nahjul Balaghah, Kalamatul Qishar, ucapan ke-244, hal. 1197, Faidhul Islam, 1366, cetakan Faidhul Islam.
21 Ushul Kafi, jilid 2, hal. 83, Almarhum Kulaini, cetakan Makatabul Shadiq, Tehran, cetakan 2, 1381.
22 Biharul Anwar, jilid 71, hal. 396, Bab Husnul Khulq, hal. 79.
23 Tasniful Gururul Hikam wa Dararul Kalam, hal. 255, hadis 5388, Abdul Wahid Amidi, Daftar Tablighat, cetakan 1.
24 Idem, hal. 255, hadis 5375.
25 Biharul Anwar, jilid 71, hal. 395.
26 Mizanul Hikmah, jilid 3, hal. 146, Makarim Syirazi.
27 Biharul Anwar, jilid 3, hal. 146, hadis 5044.
28 Akhlak dar Qur’an, jilid 1, hal. 23, Makarim Syirazi.
29 Nahjul Balaghah, Kalamatul Qishar, ucapan 244, hal. 1197.
30 Surah Ankabut: 45.
31 .Surah ar-Ra’du: 28.
32. Surah an-Nahl: 97.
33. Biharul Anwar, jilid 6, hal. 235.
34. Surah an-Naml: 89.
35. Ghururul Hikam, hal. 154, hadis 2782.