Keluarga, adalah ibarat miniatur surga yang di anugrahkan kepada manusia, sebagai bukti kasih sayang Allah SWT kepada hambanya. Disana adalah tempat berteduh dan muara terakhir bagi siapapun, setelah lelah beraktifitas seharian dengan dunia, dan atau dengan diri sendiri.Disana juga adalah tepat berbagi dan merebahkan sejenak hati yang jenuh, untuk kemudian menjadi segar kembali.
Maka lihatlah betapa jika seseorang tiada lagi memiliki keluarga yang nyaman untuk tempatnya kembali, maka di dunia seluas apapun dia berada, maka terasa batinnya akan menjadi gelandangan yang tanpa tujuan dan gersang walau sebanyak apapun kepemilikan dunia telah di genggamnya.
Dan keluarga yang melandaskan hati mereka kepada Allah, maka tak lain akan hadirnya kasih sayang dan keteduhan. Sebaliknya bila ada salah satu hati yang tidak lagi kompak dan menyisihkan Allah dari berbagai urusan mereka, maka seperti sebuah bom waktu yag tengah di pasang, maka tinggal tunggulah saja kehancuran dari keluarga tersebut.
Sungguh memang tak mudah menyatukan beberapa kepala, yang tumbuh tentunya dengan berbagai prinsip dan kepentingan serta sifat yang berbeda. Namun satu hal yang lagi- lagi harus kita ingat, bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika atas nama Allah. Dan ketika kita meletakkan satu prinsip kita atas aturan Allah dan mengembalikan semua masalah dengan aturan sesuai dengan Al quran dan hadist, maka betapapun berbeda kita, maka segalanya akan terasa sama. Allah SWT adalah penyatu hati dan pikiran, serta penyejuk jiwa yang bergejolak dalam perbedaan.
Selanjutnya, komunikasi yang sehat dalam rangka berikhtiyar menjaga keutuhan dan kebersamaan antar keluarga adalah juga mutlak diperlukan. Maka jangan suguhkan kata- kata sampah ataupun raut muka yang tidak menyejukkan disana. Hawa negatif sama sekali tidak akan memperbaiki keadaan kecuali hanya semakin memperburuknya. Tidak ada orang yang bisa mengerti dan mau dimengerti dengan bahasa yang negatif, dan sekasar apapun manusia, namun diapun pasti berharap untuk ditegur dan diperlakukan dengan sangat santun. Sekali lagi, jika pengertian dan kasih sayang telah kita niatkan kepada keluarga kita atas nama Allah, maka tidak akan ada yang sulit untuk melakukanya. Disinilah akhirnya kualitas kita sebagai manusia dan anggota keluargapun teruji. Dan bagaimana akhirnya kualitas tersebut, kita bisa menjadi saksi atas diri kita sendiri.
Maka jauhkanlah kemarahan dan cuaca neraka ketika kita ada di dalamnya. Sejuknya sebuah pengertian dan kestabilan diri dalam mengontrol emosi, menjadikan keluarga terasa bagai oase kecil yang mewujud nyata dari sebuah kasih sayang Sang maha kuasa.
Maka terbiasakanlah kelembutan dan kasih sayang hadir disana. Karena bagai sebuah oase hidup, keluarga akan menjadi tempat yang sangat dirindukan untuk kembali, ketika dimanapun jasad kita berada.
Dan jika sekarang kita adalah bagian dari seseorang yang berada dalam ambang kehancuran sebuah keluarga, ataupun dalam masa penyembuhan dari keretakan yang terjadi atas keluarga kita, yakinlah bahwa tidak ada kata terlambat, jika kita masih mau berbuat sesuatu. Walaupun akhirnya nanti, tidak semua keinginan kita terpenuhi, namun pastilah Allah tidak akan sia- sia dalam memberikan episode kehidupan kepada kita. Berbagai hikmah serta pelajaran bisa kita ambil, untuk menjadikan diri kita lebih baik dari yang pernah ada sebelumnya.
Dan sebuah keluarga yang menentramkan sebenarnya adalah yang menjadi impian bahkan bagi seburuk- buruk manusia. Disanalah dia tercetak menjadi pribadi seperti apa, dan tergambar dengan bagaimana cara dia menghadapi hidup dan kehidupannya selanjutnya. Dan hanya keluarga yang memiliki dan melandaskan segalanya hanya kepada Allah SWT sajalah, yang akhirnya akan menemukan arti sejati dari apa yang disebut dengan kerukunan dan kebahagiaan.
(Syahidah/voa-islam.com)
source : http://www.voa-islam.com