Allah swt Berfirman,
وَجَآؤُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنفُسُكُمْ أَمْراً فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللّهُ
الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ
Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang
berlumuran) darah palsu. Dia (Ya‘qub)
berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah
yang memandang baik urusan yang buruk itu;
maka hanya kesabaran yang terbaik (bagiku).
Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya
terhadap apa yang kamu ceritakan.”
(QS.Yusuf:18)
Dalam kisah ini, saudara-saudara Yusuf
melapor pada ayah mereka bahwa Yusuf telah
dimangsa oleh serigala. Mereka membawa bukti
baju Yusuf yang telah dilumuri darah palsu.
Saat itu Nabi Ya’qub mengetahui dengan pasti
dan yakin bahwa mereka telah berbohong. Namun
beliau hanya berkata, “maka hanya kesabaran
yang terbaik (bagiku).”
Seorang ayah ataupun seorang pembimbing
seperti Nabi Ya’qub, disaat beliau begitu
yakin dengan kebohongan putra-putranya yang
telah menyakiti seorang yang paling
dicintainya, beliau tidak langsung memukul
atau mengusir mereka. Bahkan tidak mencela
anak-anaknya dengan satu kalimat pun. Akan
tetapi beliau hanya bersabar untuk dapat
menyesaikan persoalan dan mencegah agar tidak
terjadi masalah yang lebih besar.
Ayat ini menyimpan pelajaran yang begitu
berharga. Yaitu agar kita tidak terburu-buru
untuk menghukum seseorang karena
kesalahannya. Misalnya sebagai seorang ayah,
jangan tergesa-gesa untuk menghukum anak kita
ketika melakukan kesalahan. Jangan langsung
memarahi, memukul atau mengusirnya. Mengapa
demikian?
Karena terkadang, jika kita mengusir seorang
anak karena kesalahannya, atau menghukumnya
dengan hukuman yang keras tidak akan
membantunya menyelesaikan masalah. Anak kita
akan terjebak semakin dalam dan bisa
melakukan hal-hal yang lebih buruk.
Karena itu Imam Ali bin Abi tholib
mengajarkan bahwa ketika menegur kesalahan
anak, berilah peluang baginya untuk berbicara
sehingga memiliki kesempatan untuk membela
diri. Berilah dia ruang untuk menjelaskan apa
yang terjadi.
Semoga ayat ini dapat menjadi pelajaran bagi
kita semua, sehingga sebagai seorang
pembimbing kita dapat mengambil sikap yang
bijaksana dan tidak menyebabkan masalah
bertambah lebih besar.