Artikel berseri ini bertujuan untuk membuka topeng teroris Takfiri dan mempertegas sebuah realitas bahwa ISIS dan kubu-kubu yang sepemikiran dengan mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam, yang menyerukan keadilan, perdamaian, dan kasih sayang. Kelompok ISIS dan saudara-saudaranya memiliki landasan pemikiran yang sama dan mereka menerima asupan pemikiran, dana, dan senjata dari sumber yang satu. Pada seri sebelumnya, kita telah menyingkap jejak Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa (seperti Inggris dan Perancis) serta negara-negara Timur Tengah (seperti Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Turki) dalam membentuk dan memanfaatkanteroris sebagai alat kepentingan.
Misi utama ISIS dan kembaran-kembarannya adalah untuk merusak citra Islam. Agama ini menaruh perhatian besar terhadap masalah penegakan hak asasi manusia di semua dimensinya. Kadar perhatian yang diberikan Islam sama sekali tidak ditemukan dalam deklarasi HAM dan agama manapun. Kekejaman ISIS dan kelompok-kelompok Takfiri benar-benar bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam perspektif Islam, tindakan itu merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan tempat yang pantas untuk para pelakunya adalah neraka.
Barat baru menyadari bahwa ISIS telah keluar dari kontrol mereka setelah kelompok itu memenggal kepala beberapa sandera dari Barat. Merespon kejahatan itu, Barat tampaknya mengubah skenarionya dalam mendukung ISIS dan kemudian membentuk sebuah koalisi internasional untuk memerangi kelompok tersebut. Amerika dan sekutunya berharap kelompok ISIS masih tetap setia melayani kepentingan-kepentingan mereka di Irak dan Suriah meski telah lepas kendali. Oleh sebab itu, sejumlah pejabat Washington berbicara tentang perang panjang untuk menghancurkan ISIS.
Mantan Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel menyebut ISIS sebagai sebuah kelompok yang terorganisir dengan rapi dan memiliki peralatan militer canggih.Menurutnya diperlukan perang panjang untuk menumpas ISIS. Ia mengatakan, “Ancaman kelompok itu bukan sebuah ancaman jangka pendek, karena ISIS lebih terorganisir dari sekedar sebuah kelompok teroris. Kelompok ini didukung dan dipersenjatai dengan sangat baik, serta memiliki ideologi sendiri.Mereka bukan hanya sekadar kelompok teroris. Mereka menggabungkan ideologi, kecanggihan strategis, dan taktik militer, jadi mereka benar-benar memiliki dana besar."
Kepala Staf Militer Gabungan AS, Jenderal Martin Dempsey dalam sebuah kunjungan dadakan ke Irak, menegaskan bahwa perimbangan kekuatan dalam perang melawan ISIS sedang berubah, namun pertempuran terhadap kelompok itu bisa berlangsung tahunan.
Para pejabat Amerika sengaja mengesankan kemampuan luar biasa ISIS untuk membuka peluang kehadiran jangka panjang Pentagon di Timur Tengah dan menjadi alasan untuk mengintervensi setiap wilayah. Padahal, Amerika dan sekutunya dengan mengubah skenario merekaingin meraup keuntungan maksimal dari kekacauan di kawasan. Menyusul permintaan pemerintah Irak untuk memerangi teroris ISIS, Republik Islam Iran merupakan negara pertama yang memberi jawaban praktis atas seruan tersebut.
Iran berupaya membentuk sebuah front yang kuat untuk menumpas ISIS dengan cara memberi konsultasi kepada militer Irak dan mengorganisir berbagai lapisan masyarakat. Respon cepat para pejabat Iran dan bantuan yang mereka salurkan kepada pasukan Peshmerga Kurdi telah mencegah jatuhnya Kota Arbil dan memukul mundur pasukan ISIS dari sekitar Baghdad. Kontribusi itu berlanjut sampai sejumlah wilayah strategis di Irakberhasil dibebaskan dari pendudukan ISIS.
Menurut pengakuan para pejabat Baghdad dan Kurdi Irak, Iran merupakan negara pertama yang datang membantu mereka dan menghalau gerak maju teroris ISIS. Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi mengatakan, peran Iran dalam perang melawan terorisme di kawasan mendasar dan penting. Dia menambahkan Iran telah menawarkan bantuan terpuji kepada pemerintah dan rakyat Irak pada periode sensitif yang berbeda. Sehingga memiliki peran fundamental dan penting dalam perang melawan ISIS sekarang ini, dan berdiri di samping bangsa Irak.Presiden Kurdistan Irak, Massoud Barzani dalam sebuah konferensi pers menyebut Iran sebagai negara yang menyuplai segala kebutuhan militer Kurdi. Dia mengatakan, "Kami minta senjata dari Iran. Mereka adalah negara pertama yang menyediakan kami senjata."
Berkenaan dengan bantuan Iran kepada Irak dalam perang melawan ISIS, Ketua Dewan Tinggi Islam Irak, Hujjatul Islam Sayid Ammar Hakim mengatakan, “Kita tidak boleh melupakan peran kunci Republik Islam Iran dalam perang anti-ISIS. Namun, Gedung Putih selalu ingin menutupi peran Iran dan tidak ingin peran itu diketahui oleh publik. Iran memberikan bantuan luar biasa baik itu dalam bentuk konsultasi militer atau bantuan ekonomi. Mereka selalu berada di samping rakyat Irak dan berjuang bersama untuk mengalahkan ISIS sehingga kekerasan dan rasa takut hilang.”
Menteri Dewan Kota Irak, Abdul Karim al-Ansari juga menuturkan, “Republik Islam Iranmemainkan peran utama dalam menghentikan manuver dan penyebaran pengaruh ISIS. Fakta ini terlihat jelas di Suriah dan di sana mereka berhasil mengubah perimbangan di medan perang. Di Irak, mereka juga mampu menghentikan kelompok Takfiri tersebut.”
Salah satu misi kelompok ISIS di Irak dan Suriah adalah untuk menciptakan konflik sektarian dan perang saudara di kedua negara itu. Akan tetapi, perilaku keji mereka justru telah mendorong persatuan antara berbagai kelompok etnis dan mazhab untuk bangkit memerangi ISIS. Saat ini, semua etnis dan mazhab di Suriah dan Irak saling berangkulan untuk mengalahkan teroris ISIS. Peran Tehran dalam pertempuran tersebut juga menentukan. Iran menaruh perhatian besar terhadap masalah kedaulatan nasional dan integritas teritorial Irak dan Suriah.
Sejalan dengan strategi itu, Iran memberikan bantuan berupa konsultasi militer dan ekonomi kepada semua suku dan mazhab yang terlibat dalam perang melawan ISIS.Sekarang, tidak ada satu pun pihakyang meragukan peran tak tertandingi Iran dalam mencegah langkah maju kelompok teroris Takfiri. Kejahatan yang dilakoni ISIS telah menyingkap banyak fakta dan membongkar propaganda licik Amerika dan sekutunya di kawasan terhadap Iran. Negara-negara Barat selama 36 tahun menyebarkan propaganda miring dan menuding Iran sebagai pendukung terorisme dan pengacau stabilitas regional.
Barat telah meluncurkan kampanye Iranphobia dan kemudian mengubah wilayah Teluk Persia sebagai pasar senjata terbesar di dunia. Bantuan Iran kepada pemerintah Irak dan Suriah dalam perang melawan teroris telah memperjelas tentang siapa yang benar-benar memerangi terorisme. Peran aktif Iran juga menyingkap kepalsuan slogan-slogan Barat dalam perang kontra-terorisme. Pada dasarnya, Republik Islam Iran merupakan negara korban terorisme terbesar di dunia, di mana 17 ribu warganya gugur dalam aksi teror.
Iran juga tercatat sebagai negara yang paling serius dan telah mengeluarkan biaya besar untuk memerangi terorisme. Berbeda dengan semua propaganda miring Amerika dan sekutunya, Iran memainkan peran konstruktif dan penjaga stabilitas di wilayah Timur Tengah. Tanpa peran konstruktif Republik Islam Iran, maka kondisi di Afghanistan, Irak, Suriah, dan Lebanon akan semakin kacau. Stabilitas relatif yang tercipta di negara tersebut merupakan hasil dari kebijakan rasional Iran dalam mewujudkan ketenangan dan menggagalkan konspirasi musuh, yang ingin merusak stabilitas regional. (IRIB Indonesia/RM)
source : irib.ir