Menurut Kantor Berita ABNA, dalam kalender Islam khususnya yang diyakini umat Muslim Syiah, tanggal 9 Rabiul Awal dipercaya sebagai hari dimulainya keimamahan Imam Mahdi Afs sehingga oleh muslim Syiah di seluruh dunia menjadikannya hari bersuka cita. Selain itu tanggal 9 Rabiul Awal juga dipercaya sebagai hari meninggalnya Umar bin Sa'ad salah seorang pembunuh Imam Husain As di Padang Karbala. Adanya kesamaan nama Umar bin Sa'ad dengan Umar bin Khattab, khalifah kedua, sebagian kecil penganut Syiah ekstrim salah memahaminya dan menjadikan tanggal 9 Rabiul Awal sebagai hari raya mengenang kematian Umar bin Khattab, dan menamakannya dengan sebutan Hari Idul Zahra. Sementara, berdasarkan penelusuran catatan sejarah, Khalifah Umar bin Khattab terbunuh pada tanggal 23 Dzulhijjah ditangan seseorang bernama Fairuz atau dikenal juga dengan sebutan Abu Lu'luah seorang budak milik Mughirah bin Syu'bah.
9 Rabiul Awal, Awal Keimamahan Imam Mahdi Afs
Tanggal 8 Rabiul Awal 260 H, Imam Hasan Askari meninggal dunia dimasa kekhalifaan Bani Abbasiyah, yang dengan demikian, putranya yang bernama Mahdi, menggantikan kedudukannya sebagai Imam ummat. Hari tersebut oleh umat Muslim Syiah kemudian diperingati sebagai hari dimulainya keimamahan Imam Mahdi Afs, dan menjadikannya sebagai salah satu hari raya yang ditradisikan perayaannya sampai sekarang.
Terbunuhnya Umar bin Sa'ad
Umar bin Sa'ad adalah putra Sa'ad bin Abi Waqqash. Sa'ad bin Abi Waqqash adalah salah seorang sahabat Nabi Saw yang memiliki peran penting dalam peristiwa pembebasan kota Mekah, dan juga merupakan salah seorang anggota dari dewan syura yang dibentuk khalifah Umar bin Khattab untuk menentukan siapa yang akan menjadi khalifah ketiga kaum muslimin. Umar bin Sa'ad, putranya, atas perintah Ubaidillah bin Ziyad menjadikannya sebagai komandan atas ribuan laskar dari warga Kufah untuk mencegah kafilah Imam Husain As yang sedang dalam perjalanan menuju Kufah. Pada hari kesepuluh bulan Muharram tahun 61 H, atas perintah Umar bin Sa'ad, Imam Husain As beserta 72 sahabatnya syahid terbunuh di padang Karbala.
Allamah Majlisi, dalam kitab Zād al-Ma'ād menjelaskan Umar bin Sa'ad akhirnya terbunuh ditangan Mukhtar bin Abu Ubaidah Tsaqafi pada tanggal 9 Rabiul Awal 66/67 H.
Sementara Umar bin Khattab, khalifah kedua umat Islam wafat pada tanggal 23 Dzulhijjah tahun 23 H akibat tikaman pedang seorang Majusi bernama Fairuz yang dikenal dengan laqab Abu Lu'luah, seorang budak Mughirah bin Syu'bah yang kemudian juga terbunuh tiga hari setelahnya. Diantara kitab-kitab muktabar yang menyebutkan peristiwa terbunuhnya khalifah Umar pada bulan Dzulhijjah diantaranya:
Muruj al-Dzahab, Ali bin Husain Mas'udi [wafat 364 H jld. 2, hlm. 1352 H.
Tārikh Ya'qubi, Ya'qubi [wafat 284 H], jld. 2, hlm. 159.
Tārikh Madinah, Ibnu Syabah Namiri [w. 262 H] jld. 3, hl, 895 dan 943.
Tarikh Khalifah bin Khayat, Khalifah bin Khayat Ashfari [w. 240 H] hlm. 109.
Akhbār al-Thawāl, Abu Hanifah Dainuri [w. 282 H] hlm. 139.
Tārikh Kabir, Bukhari [w. 256 H] jld. 6, hlm. 138.
Al-Mushnaf, Ibn Abi Syaibah Kufi [w. 235 H], jld. 8, hlm. 41.
Tarikh Thabari, Thabari [w. 310 H], jld. 3, hlm. 265.
Al-Ma'arif, Ibnu Qutaibah Dainari [w. 276 H], hlm. 183.
Muwaththa, Malik bin Anas [w. 179], jld. 2, hlm. 824.
Al-Mu'jam al-Kabir, Thabrani [w. 360 H], jld. 1, hlm. 70.
Mustadrak, Hakim Naisyaburi [w. 405 H], jld. 3, hlm. 92.
Sunan Kubra, Baihaqi [w. 458 H], jld. 8, hlm. 150.
Tarikh Madinah Damsyik, Ibnu Asakir [w. 571 H], jld. 44, hlm. 14.
Asad al-Ghābah, Ibnu Atsir [w. 630 H], jld. 4, hlm. 77.
Syarah Nahj al-Balāghah, Ibnu Abi al Hadid [w. 656 H], jld. 12, hlm. 18.
Dan tidak satupun kitab sejarah atau literatur klasik yang menyebutkan Umar bin Khattab terbunuh di bulan Rabiul Awal.
Kebatilan Idul Zahra
Disebagian kecil masyarakat Iran ada keyakinan batil yang menyebutkan 9 Rabiul Awal adalah hari kematian khalifah Umar bin Khattab, yang kemudian mereka jadikan sebagai hari raya dan bersuka cita atas kematian khalifah Umar pada hari itu. Tradisi ini telah berlangsung sejak abad ketujuh Hijriah dan mereka namakan sebagai hari Idul Zahra atau hari Umar Kusyan [hari terbunuhnya Umar]. Dengan berdirinya Republik Islam Iran tahun 1979, Imam Khomeini rahimahullah kemudian melarang secara resmi tradisi tersebut, meskipun sebelumnya ulama-ulama Syiah telah memfatwakan akan pengharamannya. Pelarangan tersebut tetap berlaku sampai sekarang, dan yang tetap ngotot untuk melakukannya akan mendapatkan pengamanan oleh pihak kepolisian dan berurusan dengan hukum. Bersamaan dengan pelarangan tersebut, atas keputusan Ali Akbar Muhtasymipur, menteri dalam negeri Iran kala itu, kuburan Abu Luluah di Kasyan ditutup secara resmi dan ditetapkan pelarangan untuk melakukan kegiatan keagamaan apapun ditempat tersebut.
Sayangnya, oleh beberapa oknum mengatasnamakan Syiah, berupaya kembali menghidupkan tradisi yang mendapat penentangan dari ulama marja Syiah tersebut. Yasir Habib, seorang berkebangsaan Kuwait yang menetap di London Inggris, dengan memakai pakaian keulamaan Syiah, melakukan perayaan Idul Zahra, dengan mengucapkan kata-kata laknat kepada khalifah Umar bin Khattab. Perayaan tersebut disiarkan melakui stasiun televisi Fadak yang diasuhnya dan mendapatkan dukungan dana dari Inggris. Program TV tersebut memicu kontroversial bukan saja mendapat kecaman dari kaum Muslimin dari kalangan Sunni, namun juga dari kalangan Syiah, termasuk dari kalangan ulama marjanya.
Penentangan para Ulama Marja
Ayatullah al-Uzhma Nashir Makarim Shirazi, dalam kitab fatwanya menyebutkan, melakukan tindakan-tindakan yang dapat memicu perselisihan dan perpecahan ummat, haram hukumnya. Tidak ada izin bagi siapapun untuk melakukan sebuah kegiatan dengan mengatasnamakan Ahlul Bait tapi justru mencemarinya dengan dosa.
Ayatullah al-Uzhma Sayid Ali Khamanei, ulama marja taklid Syiah yang juga menjabat sebagai Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengeluarkan fatwa akan haramnya melakukan pelecehan dan penghinaan terhadap tokoh-tokoh yang diagungkan Ahlus Sunnah. Menurut beliau, siapapun yang melakukannya, baik secara sadar ataupun tidak, mereka adalah musuh Islam dan bekerja untuk kepentingan musuh.
Ayatullah Sayyid Ali Khamanei menyatakan, "Setiap perkataan atau perbuatan yang dapat memberi keuntungan bagi musuh dan dapat menyebabkan perselisihan dan perpecahan dikalangan umat Islam maka haram hukumnya secara syar'i"
Ayatullah Nuri Hamadani mengatakan, "Setiap muslim wajib hukumnya untuk menghindari perselisihan dan perpecahan dan apapun perbuatan yang dapat menyebabkan dihinanya suatu mazhab haram hukumnya."
Almarhum Ayatullah al-Uzhma Taqi Bahjat semasa hidupnya pernah mengatakan, "Kalaupun Idul Zahra ada dan harus dirayakan, maka hari itu adalah momen untuk memberikan penjelasan akan keutamaan Ahlul Bait khususnya Sayidah Az Zahrah, momen menyampaikan titik-titik persamaan antara Syiah dan Ahlus Sunnah, dan hari untuk saling mengingatkan bahwa haram hukumnya saling melaknat satu sama lain sesama muslim."
"Melakukan perayaan Idul Zahra dengan maksud merayakan kematian Khalifah Umar, maka haram hukumnya, sebab dapat memicu perselisihan dan perpecahan yang berakibat saling bunuh satu sama lain. Hal-hal yang dapat menyebabkan tertumpahnya darah seorang muslim, maka haram hukumnya untuk melakukannya." lanjutnya.
Fatwa serupa juga dikeluarkan oleh Ayatullah Sayyid Ali Sistani, Ayatullah Ja'far Subhani, Ayatullah Shafi Ghulpaghani dan sejumlah ulama besar Syiah lainnya, yang turut serta mengecam aksi-aksi pelecehan dan penghinaan terhadap sahabat-sahabat dan istri-istri Nabi Saw.
source : www.abna.ir